Inspirasi Februari

Februari ini penuh dengan inspirasi. Pertama, tentu karena di bulan ini, tepatnya tanggal 22 Februari ada Hari Inspirasi. Di hari itu, lebih dari seribu orang profesional/pekerja dengan sukarela turun mengajar di Kelas Inspirasi di lebih dari 130 Sekolah Dasar, cerita tentang pekerjaan mereka dan bagaimana mengejar mimpi dan cita-cita. Karena taunya telat, saya cuma bisa mengikuti energi positif dan passion yang muncul dari gerakan ini lewat timeline akun twitter @KelasInspirasi, baik pada Hari Inspirasi, maupun Hari Refleksi.  Rupanya nggak cuma para siswa yang terinspirasi, tapi juga para pengajarnya, sebagaimana bisa dilihat dari cerita2 di sini, atau di sini. Memang sudah waktunya ya murid2 SD di Indonesia diperkenalkan dengan manusia2 di  dunia nyata, orang2 yang benar2 mengejar cita2 dan berkarya sebagai alternatif panutan, bukannya Coboy Junior, Cherrybelle, dan para artis sinetron yang cuma ngajarin kegalauan dan bermewah-mewah aja. Banyak dan beragamnya profesi pengajar Kelas Inspirasi yang ikutan mulai dari dirut BUMN dan perusahaan swasta, penulis, motivator, koki, dokter, bankir, hingga instruktur diving, menunjukkan betapa masih banyak orang yang peduli pada pendidikan di Indonesia. Tentang ini saya sepakat sekali. Soalnya, mau bikin sistem atau perbaikan sebagus apapun saat ini, kalo generasi selanjutnya ga kompeten untuk melanjutkan ya akhirnya bakal percuma. Sebaliknya, seberapa messed up pun Indonesia saat ini, kalo generasi mudanya mumpuni semoga nantinya akan bisa memperbaiki. I’ll definitely try to join on the next Hari Inspirasi 🙂

Image

Selain Kelas Inspirasi, gerakan2 sosial peduli pendidikan lainnya sebenarnya ‘berserakan’ di twitter. Salah satunya @bincangedukasi yang jadi wadah berkumpulnya para praktisi pendidikan yang berdedikasi. Diskusi2nya seru dan mencerahkan. Selain itu ada @akademiberbagi dengan kelas2 gratisnya yang udah tersebar di berbagai kota. Ada juga rumah belajar seperti @RumahPelangiii atau rumah baca @pelangibook di Indonesia Timur. Akan makin banyak lagi ‘nemu’ orang2 yang peduli kalo ngikutin timeline @CountMeInID atau @IDChangeMaker. Mungkin ini semua reaksi wajar dari kurang maksimalnya peran pemerintah ya.. Tapi apapun itu, they all inspired me 😀

Februari juga menandai kembalinya saya menjadi mahasiswa. Proses pindahan dari Jakarta ke Jogjakarta memakan waktu tenaga pikiran dan dana, lebih dari yang dikira. And I feel so blessed that I am surrounded by kind and warmhearted people. Sungguh saya sangat berterima kasih sekali. Dengan bantuan mereka lah, kini saya sudah punya ‘sarang’ baru yang nyaman di Jogja. Satu kebetulan yang manis bahwa bapak kos baru saya punya musholla di halaman rumah kosnya dan rajin ngadain pengajian tiap bulan. Bapak ini pensiunan, istrinya sudah meninggal, tinggal bersama satu anak perempuan yang punya salon sekaligus membantunya mengurus kosan. I kinda admire the way he lives in his old days. Santai, tenang, berkecukupan, tapi tetap bermanfaat untuk sekitar. I guess I wanna live like that someday 😀

Kembali ke kampus juga, as expected, sebuah pengalaman yang mencerahkan. Dimulai dari sambutan selamat datang dari Prof. Lincolin Arsyad  yang supel, dan melihat langsung sosok ‘sangar’ Prof. Jogiyanto Hartono yang namanya saya cantumkan di bagian metode penelitian skripsi S1 sebagai rujukan xD Mereka yang humoris ini dengan tertawa menyampaikan bahwa para pakar tentunya harus ‘pandai berkelakar’ 😀 Di masa pembekalan ada sesi diskusi bersama Prof. Soewardjono, dengan pemikiran2nya tentang pendidikan tinggi yang mendorong kami untuk kritis dan meninggalkan cara belajar yang pasif. Everything about this man tell us that he is a true educator indeed, seperti diceritakan oleh salah satu mahasiswanya di sini. Dilanjutkan belajar tentang sejarah UGM dan Jogja yang diceritakan dengan fasih dan rinci oleh Prof. Soetaryo, yang membuat fakta bahwa beliau adalah dokter spesialis anak mengagetkan kami. Prof. Soetaryo yang charming ini juga mengingatkan pentingnya keseimbangan antara olah akal, raga, dan rasa. Jangan lupakan mengapresiasi seni dan berolahraga, itu pesannya 😀 Aye, aye, Sir! I will (at least) try 😛 These people, their wisdom and knowledge mastery astonish me. Guru yang baik adalah yang menginspirasi, dan beliau2 telah membuktikan hal ini.  I’m so excited to be back on campus again 😉

Rangkaian kuliah tamu executive series di kampus diawali dengan mengundang Veronica Colondam untuk berbagi tentang social entrepreneurship, bisnis yang mempunyai tujuan sosial. Bu Vera ini adalah founder Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB), sebuah NGO Indonesia berskala dunia dengan banyak prestasi. Dan walopun saya ngerasa bahwa dealing with large enterprises’ CSR funds for social projects does not seem to be my thing, kuliah beliau memberikan pelajaran berharga bahwa kegiatan/organisasi sosial perlu sebuah sistem yang profesional untuk memastikan tercapainya target yang terukur dengan baik, sekaligus agar bisa sustainable dan tetap hidup jauh melebihi usia foundernya. I learned a lot from her.

Last not but least, perjalanan para relawan Sahabat Al Aqsha dan Sahabat Suriah mengantarkan amanah donasi ke para dokter di Aleppo, Suriah, menggugah emosi yang sulit untuk didefinisi. Coba dirasa sendiri setelah membaca kisahnya di sini. Satu hal yang jelas, tragedi kemanusiaan yang disebabkan kekejaman rezim yang berkuasa di Suriah belum berakhir and it’s heartbreaking.

ImageMight be a good idea to spare some time and find out what’s going on in there, to pray, and contribute for their good in any possible way (Donating money might be one of the easiest. Raising awareness on what’s happening there is necessary also). Tragedi kemanusiaan, di mana pun terjadi (termasuk di Indonesia sendiri), adalah ujian,  bukan hanya untuk mereka yang di sana, tapi juga untuk kita, apakah kita bersedia sekedar melakukan apa yang kita bisa untuk mereka. Terlebih saat itu semua menimpa saudara-saudara kita.

Semua cerita di atas menunjukkan bagaimana orang2 yang merasakan suatu kebaikan (rezeki, pendidikan, pekerjaan, pengalaman, kearifan, rasa aman, kesehatan dan keselamatan) berusaha memastikan bahwa kebaikan itu tak hanya berhenti pada diri mereka, tapi berusaha membaginya dengan orang lain yang tak seberuntung mereka. It’s heartwarming. Dan menurut saya, pada akhirnya, pengalaman berbagi seperti mereka akan jadi satu kebutuhan dasar untuk seorang manusia. And it’s even easier to do, now. Kita bisa dengan mudah bergabung atau bahkan meniru para pionir2 kebaikan ini.

Thanks February. Semoga inspirasi tak berhenti hanya sebagai inspirasi, dan tak berhenti hanya di sini 🙂

The happiest people are those who do the most for others. ~ Booker T. Washington